Kamis, 03 Juni 2010

Helvy Tiana Rosa - DIARI ADELIA DI SALSABILA

DIARI ADELIA DI SALSABILA


12 Juni 2007
Ry..., Papa menamparku!
Sungguh, seumur hidup baru sekali ini beliau begitu padaku, putri tunggalnya! Papa marah, Mama menangis. Aku berteriak teriak. Tapi keputusan Papa bulat sudah. Aku harus masuk pesantren! Keluar dari SMA Persada kebanggaanku dan melanjutkan Aliyah di Pondok Pesantren. Sekali lagi: Pondok pesantren!
Gila, Ry! Rupanya mereka udah nggak percaya lagi sama aku. Mama bilang aku sudah terlalu lihai berbohong dan doyan ngabisin duit. Papa bilang aku udah kecanduan pub dan diskotik. Papa nemuin ekstasi di tasku. Cuma sebutir, Ry...dan bokap udah kayak orang kebakaran jenggot! Apalagi pas aku dinobatin jadi ranking 45 dari 48 murid di kelas. Wah, Ry...buntut-buntutnya Papa bilang aku salah bergaul, terlalu bebas dan begitulah.
Duh, Ry..., aku harus gimana? Apa kabur aja dari rumah ya? Dari pada jadi anak kuper di pesantren. Nggak janji, Ry! Aku benciiiiiiiiiii!

25 Juni 2007
Papa Mama yang ngakunya nggak sanggup mendidikku lagi itu tadi borong pakaian di Tanah Abang, Ry. Norak! Baju-baju gombrong karung plus jilbab yang kayak emak-emak. Kebayang nggak sih Ry...hancurnya tampangku memakai semua itu?!
"Besok Papa antar kamu ke Pondok Pesantren Salsabila di Bandung," vonis Papa. Sebel! Aku ngambek...sampai-sampai telfon dari sohib-sohib beratku nggak kuterima. Aku nangis terus. Sampai malam aku nggak bisa tidur. Mau kabur, takut Ry! Sekarang kan lagi banjir-banjirnya penjahat di jalanan.
Eh, baru aja nih, Ry..., kupingku dengar suara Mama menangis dari kamar sebelah. Pelan kudengar sesenggukannya. Kata Mama pada Papa, kasihan juga kalau aku masuk pesantren. Tidur di dipan dengan kasur tipis, makan dengan tahu tempe, ikan asin. Ke kamar mandi antri. Subuh dingin sudah harus bangun dan nggak ada acara nonton tivi. Belum lagi tugas piket dan acara kerja bakti.
Mama betul ya, Ry! Di pesantren pasti aturannya ketat. Ini itu nggak boleh! Tapi kudengar Papa berkata, segalanya akan baik-baik saja.
Baik-baik? You are wrong, Sir! Aku berjanji akan jadi anak paling nakal di sana! Biar orang-orang pesantren nggak kuat! Biar para ustadz-ustadzah muak dan mengeluarkanku! Gimana, Ry? Smart idea, kan?!

26 Juni 2007
Setelah menempuh perjalanan dua jam lebih dengan kereta Argo Gede, akhirnya sampai juga di Bandung. Aku terus mogok bicara, mogok makan. Gimana nggak, aku pakai baju gombrong lengkap dengan jilbab. Panas! Mama Papa cuek aja…hiks.
Dengan menggunakan taksi kami sampai di Pesantren Putri Salsabila, daerah Dago. Kulihat dari luar gedungnya kayak penjara, Ry! Terus kami di sambut sama salah satu staf pengajar di sana. Cowok. Kagak keren..., tampang pesantren lah...(apa coba ya?).
Ada beberapa gedung sederhana yang kukuh tempat belajar, asrama kecil yang semuanya di beri nama-nama kota di Jazirah Arab. Lalu lapangan olahraga, kamar mandi berjajar, ruang kerja dan penginapan pengajar, serta mushola yang lumayan luas. Lantas aku dikenalkan dengan Ustadzah Sholihat dan Teh Amal, santriwati yang jadi ketua pondok! Mereka ramah, Ry. Aku cuek aja!
Mama Papa langsung balik lagi ke Jakarta. Sepintas kulihat kayaknya mereka sedih juga dan pingin nangis. Ah, apa artinya? Mereka toh tega membuangku kemari....

28 Juni 2007
Dua hari di sini kayak dua ratus tahun, Ry! Aku masih merasa asing. Kebayang nggak sih orang yang sholatnya masih bolong-bolong terus diceburin ke Pesantren!?
Seperti hari ini. Pagi aku udah digebrak-gebrak suruh bangun. Aku nggak pikirin, molor aja terus. Aku di sini pakai duit kok! Eh, Ry...bolehnya aku dicipratin air sama santriwati lain sambil mereka senyum-senyum. Ini nih akibat tidur di bangsal! Ya, ruangan los yang luas ini dipenuhi lima belas tempat tidur tingkat yang ditiduri tiga puluh anak! Malah di atasku santriwati gembrot lagi! Boro-boro prifasi, nggak ketiban sukurrr!
Salat Subuh kudu jamaah. Dingiiin, gemeteran! Tuan putri kan biasa bangun jam sembilan! Mana ngantri wudhunya lama banget….
Pagi aku belajar di Aliyah. Ulang dari kelas dua, Ry! Pengen nangis deh! Aku kan sudah kelas tiga! Malah banyak pelajaran agama! Kagak ngerti dah! Makan siangnya bareng, Ry! Satu nampan berenam. Geli. Jorok. Enam tangan ngadukin teri sama lalapan!
Baru aja mau tidur siang, harus ke Mushola. Ada asin...eh, tahsin Quran. Aku takut, Ry. Abis nggak bisa bacanya. Tapi sama Ustadzah nggak dimarahin. Aku diminta membaca buku Iqra jilid I (yang lain langsung Qur'an gede lho, Ry)!
Sorenya mandi. Ngantri lamaaaaa, Nek! Malah pakai acara ngompa dulu! Gempor, tanganku luka! Habis isya dan makan malam (lauknya cuma tempe bacem sama kangkung), ada ceramah Ustadz di mushola! Boro-boro nonton film..., tivi aja kagak kelihatan!
Nggak betaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh!

2 Juli Agustus 2007
Mama Papa lagi ngapain ya, Ry? Dinner, ke bioskop? Pesta? Ah, yang pasti lagi nggak mikirin aku deh. Ance, Desi, Rossa...di antara tiga karibku yang centil-centil itu siapa ya yang dapetin Bob, cowok very cool se SMA Persada? Mustinya aku. Tapi kini, Ry....
Rutinitas menjemukan berjalan terus. Tadi siang hampir berantem sama santriwati lain. Gara-garanya si Britney Spears dibilang nyanyi kelewat kencang melalui tape-ku. Aku nggak terima, Ry. Masa sih aku nggak berhak pasang kaset, nggak boleh ini itu. Sementara perutku kukuruyuk gara-gara Senin-kamis seperti sekarang semua santriwati kudu puasa.
Aku ngamuk, teriak-teriak. Teh Amal menengahi. Ujung-ujungnya nggak boleh pasang kaset kecuali yang Islami. Semacam kaset ceramah, bacaan Quran atau nasyid (apaan tau)!
Sakit hati. Britney Spears-ku diambil Ustadzah. Aku ke dapur aja, minum. Kan habis marah, puasaku pasti batal (emang maunya). Eh kepergok! Diceramahi mahluk sebangsal! Kata mereka nggak seperti itu, Ry! Ih, lihat aja, besok pas giliran daku masak untuk sahur, kuladain aja tuh nasi seabrek-abrek!

3 Juli 2007
Nyesel. Tobat. Anak-anak pondok pada sakit perut gara-gara aku, Ry! Kenapa aku jadi kriminal gini, sih? Eh, mereka baik semua. Nggak dendam. Cuma menasehatiku saja. Syukur alhamdulillah!

7 Juli 2007
Kesal, Ry. Kan suasana panas di kelas. Jadi jilbabku yang menutup dada kunaikkan ke atas kepala (kayak mak Inang pulau kampai he...he....), lalu aku sibuk ngipas-ngipas. Teman-teman sekelas terbelalak! Ustadz Anshori bingung dan salah tingkah. Aku tenang-tenang saja. Nggak tahunya nggak boleh begitu, Ry. Pakai jilbab tetap harus diturunkan sedada.
Wah, aku kaget lho, Ry! Bahasa Inggrisnya Sarah ngalahin aku! Kupikir nggak ada anak pesantren yang bisa bahasa asing. Kata santriwati lain, Sarah juga bisa sedikit bahasa Perancis dan Jerman, di samping Bahasa Arab. Wah keren!
Aku mulai dekat dengan Cahya yang cantik itu. Heran lho, Ry...tampang kayak Asmirandah kok mau masuk pesantren! Harusnya jadi foto model atau pemain sinetron! Oke banget!
Tuh...tuh, dia datang Ry! Jam dua dini hari belum tidur. Aku ke tempat tidur dulu, ya! Soalnya Cahya paling demen ngajakin sholat malam. Kan pegel.

15 Juli 2007
Masa ada Ustadz cute kayak Christian Sugiono di Pesantren! Tampang elit tapi santun sekali. Ilmu Quran hadit-nya seabrek, santun, bersih. Aku suka aja ngeliatin dia, Ry! Bob kalah tuh!
Keki juga dinasehatin sama anak-anak sebangsal. Adelia, jangan gangguin Ustadz Tahir! Jangan ngeliatin! Jangan colak colek! Jangan cari perhatian! Iiiii, jadi kagak ada hiburan lagi dong! Masak pakai lipstik di depan dia aja kite disidang!

20 Juli 2007
Ada anak baru di Aliyah. Dipanggilnya Imay. Aku sebel deh, Ry! Anaknya norak. Kata-katanya kotor dan kasar, sok kaya, dan menganggap semua anak pesantren kecuali dia kampungan. Enak kali tuh anak kalau digebugin sebangsal!
Sore tadi aku jambak-jambakan sama dia di area kamar mandi. Abis si Imay mandinya lama banget. Sejam! Padahal jatah masing-masing biasanya sepuluh menit! Dia nangis, Ry. Aku dipanggil ke ruang Ustadzah Sholihat. Sebelumnya siangnya Imay ngelempar nampan buat makan ke muka Cahya yang piket di dapur hari itu. Gara-gara Cahya masak tahu dan kangkung yang tak disukainya. Gimana aku nggak meledak, coba?
"Pesantren selalu menjadi tempat indah untuk menuntut ilmu, merealisasikan amal dan menjalin persaudaraan," kata Cahya.
Aku cuma diam, Ry. Tiba-tiba aku jadi malu. Bukankah dulu aku berniat sama kayak Imay, agar pesantren mengeluarkanku?

5 Agustus 2007
Kangen sama Mama, Ry. Di sini melakukan semua sendiri, tanpa bimbingannya.
Oh ya, subuh tadi untuk pertamakalinya aku tergugah tuh. Ustadzah Nurul memberikan kultum tentang hakikat kita sebagai abdi Illahi. Ternyata di surah Adz Dzaariyat ayat 56 disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia bukan untuk apa pun kecuali beribadah padaNya. Artinya sudah seharusnya seluruh aspek kehidupan kita dari bangun tidur sampai tidur lagi bernilai ibadah.
Aku mulai ngerti dan terbiasa dengan Al Quran, Ry. Walau masih terbata-bata membacanya. Kontrol yang ketat, kepedulian yang meliputi dan saling kasih di sini meluruhkan niatku untuk jadi biang kerok di pesantren ini. Soalnya dengan Imay saja santriwati dan ustadzah di sini udah pada kelimpungan kok! Lho?!

10 Agustus 2007
Ry, aku mulai menyukai hampir seluruh teman-temanku kecuali Imay. Si Fitri yang lincah dan cekatan, Sarah yang pintar, Cahya yang cantik, Amanah yang berbudi, Euis yang kutu buku tapi lucu, Neneng yang rajin, Dini yang kreatif, Teh Amal yang selalu tersenyum dan bijaksana, dan banyak lagi yang lainnya. Alhamdulillah ya, Ry.
Di antara mereka banyak yang berasal dari kalangan kurang mampu. Isi lemari mereka sangat berbeda dengan isi lemariku yang heboh! Cuma ada beberapa gamis dan jilbab yang telah pudar warnanya, buku-buku tua bekas, uang sekedarnya, dan beberapa barang butut yang nggak menarik. Tapi mereka kelihatan qanaah (nih dia kata yang baru kupelajari tadi, Ry). Artinya selalu merasa cukup. Mereka juga riang terus, Ry! Subhanallah.
Mungkin mulai ada bashiroh (jieee udah mulai ngerti) dan hidayah (ehm) dalam hatiku, hingga aku merasa mereka adalah teman-teman yang paling tepat untukku dibandingkan Ance, Rossa Dessy atau lainnya. Bayangin aja, mereka selalu peduli dengan kondisi keimananku. Bukankah itu sebaik-baiknya teman, Ry?
Btw, aku hampir hafal juz 'amma! Surprise! Biasanya kalau sholat cuma baca Qulhu sama wal ashri...sekarang udah nyampe Abasa ding! And...hampir lupa deh kalau ada cowok yang namanya Bob di SMA Persada!

20 Agustus 2007
Sudah sebulan aku jadi anggota Tim Nasyid Salsabila. Sedikit beda dengan qasidahan. Keren kayak Acapella, Ry. Masya' Allah, aku terpilih jadi vokalis! Pentas pertamanya hari ini, hari jadi pesantren. Sayang Mama Papa nggak datang. Padahal hampir semua orangtua diundang. Ah, semoga mereka baik baik saja, ya!
Ng..., Ry. Ternyata tidak semua Ustadz dan Ustadzah di sini baik untuk dicontoh. Astaghfirullah, aku sebal melihat Ustadz Didi jelalatan melihat Ibunya Fitri! Lalu Uztadz Sayid yang selalu ngebul kayak kereta api tanpa stasiun. Ada Ustadzah Tuti yang suka ngomongin orang. Padahal ayat dan haditsnya kan jelas (aku diberitahu Teh Amal, Cahya dan Ustadzah Sholihat). Yaaa, jadi kurang respek aja! Alhamdulillah masih banyak yang lainnya yang tak begitu! Utamanya Ustadzah Nurul, Ustadzah Sholihat, Ustadz Anshori...and Ustadz Tahir dong!

25 Agustus 2007
Aku sakit panas beberapa hari lalu. Sampai nggak bisa bangun, Ry. Aku nangis terus. Bukan karena rasa sakit itu, tapi karena selalu ingat Allah. Aku belum punya apa-apa kalau dipanggilNya.
Lalu aku nangis lagi. Habis Cahya nggak beranjak dari pembaringanku kecuali untuk sholat. Tilawah pun di sini. Euis yang dulu kupanggil Gembrot (jahatnya aku, Ry) merelakan satu-satunya apel pemberian Ustadzah Sholihat, untukku. Padahal aku tahu dia doyan dan kepingin banget. Dini mondar-mandir mengompres, sambil menasehatiku untuk tak menulisimu, Ry. Dan Sarah dengan ekspresif menceritakan sirah Rasulullah saw. Belum lagi santriwati lain yang berusaha menghiburku.
Ry, Allah tahu betapa aku tak mau jalinan indah ini terlepaskan. Sampai kapan pun.

29 Agustus 2007
Mama Papa tak pernah datang. Mungkin sibuk. Bulan depan Ramadhan. Kami semua libur sampai lebaran usai. Mereka jemput aku nggak ya, Ry? Aku kangen sekali.
Ya Allah, kasihan Imay, Ry! Dia masih seperti dulu. Bahkan beberapa waktu lalu kupergoki ia merokok di kamar mandi. Entah darimana datangnya rokok-rokok itu! Beberapa santriwati lain melihat Imay tidak menunjukkan akhlak sebagai santriwati. Dia ketawa cekikikan dengan para buruh yang merenovasi asrama. Astaghfirullah.
Jangankan Imay, aku jadi berpikir, banyak kok lulusan pesantren yang nggak karu-karuan. Di pesantren jago MTQ, pas keluar sering juga jadi nggak jelas. Contohnya juga banyak ya, Ry. Kayak anak-anak pesantren yang dekat SMA-ku dulu. Kalau giliran keluar atau pulang..., malah jadi liar! Jilbab diganti baju you can see everything dan celana pendek. Pacarannya juga hot banget! Innalillahi....
Astaghfirullah, jadi ngrasanin orang. Kayak yang namanya Adelia udah jadi orang baik aja. Semoga Allah memeliharaku dalam pengabdian panjang ini ya, Ry!

11 September 2007
Para santriwati dijemput orangtua masing-masing, Ry. Dini, Diah, Neneng, Teh Amal, Fitri..., hampir semua deh. Dan...subhanallah, hatiku bergetar. Aku menangis terguncang memeluk Papa Mama. Mereka juga menangis, Ry! Mereka heran dengan perubahanku yang cepat. Ya...,siapa yang mampu menghindar kalau Allah telah berkehendak.
Dan Imay? Orangtuanya yang pengusaha kakap itu marah-marah pada pesantren karena Imay tak kunjung berubah. Sementara Imay tertawa-tawa menang. Kasihan, hidayah itu tak datang jua....
Oh ya, Ry..., Mama Papa menerima usulku untuk mengajak Sarah, Cahya dan Euis tinggal di rumah selama sebulan. Bagaimana mungkin aku tega meninggalkan tiga yatim piatu itu di pesantren saat hari raya, seperti yang mereka alami tahun-tahun lalu?

23 Oktober 2007
Papa menawarkanku sekolah ke Luar negeri, Ry. Boston! kayaknya enak juga. Tapi ...mungkin aku baru akan menerimanya di tahun-tahun mendatang, kalau imanku sudah lebih kuat. Kalau ilmu dan amalku lebih banyak. Kalau udah married (lho?). Biar bisa dakwah meski kecil kecilan di sana. Amin.
Sebelumnya Ance, Rosa dan Desy datang. Mereka bengong melihatku, Ry. Bengong lagi ketika kukatakan si "Asmirandah" itu bernama Cahya, anak pesantren. Bengong saat kukenalkan pada Sarah yang saat tuh anak bertiga nyerocos sok nginggris, Sarah menimpali dengan lebih baik. Bengong saat ngobrol dengan Euis si kocak kutu buku yang nyambung diajak ngomong apa aja!
Makanya...jangan mandang rendah, Boo! Banyak kok pesantren yang keren ya, Ry! Contoh : Salsabila! (Deuuuuu)

25 Oktober 2007
Pulang ke Pondok. Dapat bekal banyak Euy dari Mama Papa! Anak-anak pondok girang berat, Ry. Mata mereka berkaca-kaca saat semua kubagi rata.

20 Desember 2007
Masya Allah! Alhamdulillah. Ada yang mau married! Aku girang banget. Ustadz Tahir! Subhanallah beliau akan menikah dengan Euis! Menurut Ustadz Tahir waktu mengkhitbah, beliau suka pada Euis karena amalan Euis yang juga ndut, Ry (he...he...), trus wawasannya, dan...gitu deh, namanya juga udah mentok!
Nah, waktu sepondok lagi happy berat, Sarah nangis. Kita-kita pada bengong. Sarah cemburu ? Nggak deh! Dia baca koran pagi. Ada Imay di koran. Pakai baju ketat banget dan bolong-bolong berangkulan dengan seorang bintang film yang sudah punya istri. Entah mengapa kami miris dan akhirnya nangis bareng.
Kami sedih. Salsabila berduka. Jangan salahkan kami ya, Ry..., saat hidayah tak mampu menggapai santri-santrinya....
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar