Senin, 26 Juli 2010

Workshop Bandung

Setelah break 2 minggu sehabis workshop Surabaya dan Jakarta, minggu lalu workshop LA Lights Indie Movie digelar lagi di Bandung. Berlangsung pada 24-25 Juli 2010 di Dago Tea House, workshop kali ini berjalan sukses walaupun peserta yang hadir hanya setengah dari kapasitas ruangan.

Pembicara di Bandung adalah Lintang Pramudya Wardani utuk script writing, Hanung Bramantyo utuk directing, Agni Ariatama untu film techique, dan Chis Schueler untuk there’s always a place for shorts. Untuk tim produser di Bandung, susunannya adalah Arturo GP, John De Rantau, dan Titi Sjuman.

Selain itu, ada program baru di LA Lights Indie Movie Bandung kali ini, yaitu seminar animasi. Seminar tersebut diisi oleh Harris Reggy untuk visual effects, Kimimasa Inazumi untuk clay motion, dan Burhanuddin MD Radzi untuk 3D animation.


Hari Pertama

Dinginnya Kota Kembang masih cukup menusuk ketika kami mulai membuka pintu pendaftaran ulang peserta. Satu persatu peserta berdatangan untuk melaporkan kehadiran mereka. Sepagian memang peserta yang hadir tidak seramai tahun lalu, tapi antuasiasme terlihat jelas di wajah mereka. Bahkan ada beberapa wajah yang 2 minggu sebelumnya sudah ikut workshop di Jakarta, namun gagal. Mereka rela datang ke Bandung untuk mencoba lagi!

Lintang Pramudya Wardani naik panggung pada pukul 10.00. Penulis skenario film Saus Kacang ini tetap interaktif seperti saat ia memberikan workshop di Jakarta. Banyak tips dan trik penulisan skenario yang ia bagi kepada peserta, seperti halnya bagaimana membedah naskah dan proses kreatif dalam penulisan skenario, khususnya untuk film adaptasi. Menurutnya dalam penulisan skenario untuk film adaptasi, seorang penulis skenario harus dapat mengakomodir keinginan sutradara yang akan memvisualkan cerita, namun tidak boleh melenceng jauh dari inti cerita yang ditulis oleh penulis aslinya. Oleh karena itu, harus ada brain storming di antara ketiganya supaya hasilnya bisa maksimal dan dapat memenuhi keinginan semua pihak.

Sesi tanya-jawab diisi oleh banyak pertanyaan dari peserta. Seperti bagaimana menyiasati untuk tetap menulis apabila sedang tidak mood, apa yang harus dilakukan untuk memperkaya sebuah skenario namun tetap berada pada jalur yang seharusnya, dan lain sebagainya. Penulis skenario memang salah satu bidang yang lumayan diminati oleh peserta hampir di semua kota. Perempuan berkaca mata ini pun dengan senang hati menjawab semua pertanyaan tersebut.

Sesi pertama selesai sesaat sebelum break makan siang. Sebelum peserta keluar, film-film pendek tahun lalu diputarkan agar peserta mempunyai bayangan apa yang akan mereka kerjakan apabila terpilih jadi finalis LA Lights Indie Movie. Ya, inti dari acara ini adalah mencari 10 anak muda berbakat dari setiap kota untuk dibiayai dan dibimbing dalam pembuatan film pendek mereka sendiri atau magang bikin film bareng artis. Artis yang akan menjadi sutradara tahun ini adalah Raffi Ahmad, Shanty, Cathy Sharon, dan Ariyo Wahab.

Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat selama lebih kurang satu jam, peserta dipersilakan masuk kembali untuk mengikuti sesi kedua yang diisi oleh pembicara internasional dari Amerika Serikat, Chris Schueler. Sutradara dan produser TV pemenang EMMY Award ini lebih memfokuskan materinya kepada tahap-tahap produksi, dari awal hingga selesai. Lebih khusus lagi, dalam pembuatan film dokumenter, yang merupakan spesialisasinya.

Walaupun materi diberikan dalam bahasa inggris, tidak ada kesulitan sama sekali untuk peserta dalam mengikuti workshopnya. Ditambah lagi dengan gaya pria ini yang jenaka, menambah sesi ini semakin menarik. Pemutaran beberapa hasil karyanya pun banyak membuat peserta terpukau. Alhasil sesi tanya-jawabnya diisi oleh banyak pertanyaan oleh peserta yang tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ilmu langsung dari Direktur Christopher Production ini.

Sesi ketiga, diisi oleh salah satu sutradara yang aktif membuat film adaptasi di Indonesia, Hanung Bramantyo. Ia banyak membagi pengalamannya ketika ia menyutradai film adaptasi, seperti Jomblo, Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, dan film terbarunya, Sang Pencerah. Menurutnya yang paling penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana agar keinginan penulis cerita dan sutradara tidak bertabrakan ketika akan membuat film adaptasi.

Agni Ariatama adalah pembicara terakhir di workshop ini. Kameraman yang mempunyai keahlian khusus dalam underwater cinematographer ini menjelaskan bagaimana teknik-teknik pengambilan gambar dalam sebuah film. Dan juga pentingnya seorang kameraman untuk mempunyai banyak referensi dan juga mengerti keinginan sutradara.

Yang menarik dari sesi ini adalah, Agni Ariatama berkolaborasi dengan Hanung Bramantyo untuk melakukan simulasi syuting. Dibantu oleh peserta, simulasi berjalan dengan lancar. Peserta jadi tahu bagaimana kerja seorang sutradara dan kameraman dalam sebuah produksi film. Mereka sangat antusias dengan sesi ini, pertanyaan pun banyak ditanyakan untuk kedua pembicara ini.

Sekitar pukul 17.30, workshop hari pertama selesai. Namun, perjalanan peserta belum selesai, karena besoknya, mereka harus kembali lagi untuk melihat apakah mereka lolos ke tahap Meet the Producers atau tidak.


Hari Kedua

Ada dua acara pada hari kedua di Bandung kali ini, yaitu:


Meet the Producers

Seperti workshop-workshop sebelumnya, 50 peserta yang terpilih maju mengikuti Meet the Producers. Tim produser kali ini adalah Arturo GP, John De Rantau, dan Titi Sjuman. Acara ini diadakan pada hari Minggu, 25 Juli 2010 dan dimulai pada pukul 10.00.

Pemandangan yang sama, wajah-wajah peserta yang kaget, heran, senang, bahkan takut, terlihat lagi di Bandung. Setelah mengetahui mereka lolos untuk maju pitching cerita ke Meet the Producers, mereka mempersiapkan diri mereka dalam waktu singkat agar dapat menunjukkan yang terbaik di depan tim produser. Ini adalah tahap terakhir yang harus mereka ikuti agar mereka terpilih menjadi finalis. Tim produser nantinya akan memilih 10 peserta terbaik untuk menjadi finalis Bandung.

Waktu yang diberikan untuk setiap peserta adalah 10 menit untuk mereka mempresentasikan cerita mereka. Sesi ini berlangsung seru, terlebih lagi saat sesi tanya-jawab. Mereka harus dapat meyakinkan tim produser agar merekalah yang terpilih. Tak ayal, terkadang terjadi debat antara peserta dan tim produser. Namun semua itu bertujuan untuk memilih yang terbaik.

Pengumuman finalis Bandung, sampai sekarang ini masih dirembukkan oleh tim produser dan panitia. Jadi, untuk peserta Bandung, diharap sabar ya..

Setelah dari Bandung, workshop LA Lights Indie Movie akan bergerak ke kota terakhir tahun ini, Yogyakarta. Jadi, untuk mereka yang belum terpilih, bisa ikutan lagi di Yogyakarta. Dan untuk mereka yang di Yogyakarta, jangan lupa ikutan ya.. Ini kesempatan terakhir kamu tahun ini. Sampai jumpa di Yogyakarta!

Seminar Animasi

LA Lights Indie Movie menghadirkan program baru tahun ini, yaitu seminar animasi. Tujuan dari seminar ini adalah memfasilitasi anak muda yang tertarik dengan dunia animasi. Menghadirkan pembicara dari Indonesia, Jepang, dan Malaysia , seminar ini diadakan pada hari Minggu, 25 Juli 2010 dan dimulai pada pukul 10.00.

Pembicara pertama seminar ini adalah produser serial animasi Upin-Ipin, Burhanuddin MD Radzi. Materi yang ia bawakan lebih kepada menyemangati anak-anak muda di Indonesia yang ingin membuat film animasi agar tidak gentar bersaing dengan film animasi buatan Eropa dan Amerika. Selain itu, ia juga mengingatkan agar produk animasi yang dibuat menunjukkan ciri khas budaya Asia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya.

Peserta antusias menerima materi yang diberikan oleh Burhanuddin, terlebih lagi dalam menerima kiat-kiat agar sebuah animasi bisa sukses di pasaran. Menurutnya, kuncinya cuma satu, yaitu membuat film animasi untuk anak-anak. Karena yang paling banyak menonton film animasi adalah anak-anak, oleh karena itu kita, sebagai filmmaker, harus bisa mengakomodir keinginan mereka.

Semakin siang, semakin banyak peserta yang berdatangan. Hal ini dikarenakan, waktu diadakannya seminar animasi bersamaan dengan Meet the Producers. Jadi, sehabis mereka pitching cerita, mereka mengikuti seminar animasi ini. Setelah break makan siang, sesi kedua diisi oleh Harris Reggy. Motion graphic designer dari Indonesia ini berbagi ilmu dan pengalamannya ketika ia bekerja di Amerika dan Jepang.

Pria yang pernah bekerja untuk rumah produksi yang memproduksi film Die Hard ini juga menampilkan perjalanan motion graphic dari awal hingga terakhir. Selain itu, ia juga menjelaskan pentingnya visual effect dalam sebuah film. Dan karena sekarang ini semakin banyak graphic designer, ia membagi tips dan trik bagaimana membuat porto folio yang menarik agar bisa stand out di antara yang lainnya.

Sesi terakhir seminar ini adalah spesialis clay motion dari Jepang, Kimimasa Inazumi. Sesi ini berbeda dari yang lain karena materi diberikan dalam bahasa Jepang, sehingga dibutuhkan penerjemah. Namun bahasa tetap tidak menjadi kendala, karena ia banyak mempraktekan bagaimana proses pembuatan clay motion.

Penggabungan clay animation dan stop motion ini banyak menarik perhatian peserta. Terlebih lagi ketika ia, dibantu dengan MC saat itu, Dimas, memperagakan proses pembuatan clay motion, namun clay-nya diganti dengan orang.Ia menjelaskan bahwa tren sekarang ini memang mengganti clay dengan orang, sehingga lebih menarik dan lebih hidup.

Untuk sebuah program baru, seminar animasi pertama ini terbilang cukup sukses. Karena walaupun pesertanya tidak terlalu banyak, namun mereka antusias dengan animasi. Seminar yang sama juga akan diadakan di Yogyakarta, pada tanggal 1 Agustus 2010.

1 komentar:

  1. HAI PANITIA.. GUE BASTIAN, GUE SALAH SATU DARI 50 PESERTA MEET THE PRODUCER. GUE NUNGGU BANGET PENGUMUMAN 10 FINALIS BANDUNG. SETELAH PENANTIAN YANG LAMA DENGAN MENGIKUTI GELARAN INI SEJAK TAHUN PERTAMA, TAHUN INI GUE BERTEKAD MASUK JADI FINALIS. AMIN..
    GUE TUNGGU YAH..
    MAKASIH...

    BalasHapus